Menuntut ilmu bagi kaum muslimin adalah kewajiban mutlak, karenanya memiliki ilmu agama dan ilmu dunia bagi seseorang adalah cara untuk meraih dunia dan akhirat sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits, bahwa barang siapa yang menginginkan dunia dan akhirat maka hendaklah ia dapatkan dengan ilmu.
Proses menuntut ilmu dalam Islam adalah jalan menuju surga, juga
cara mengundang kebaikan dari makhluq Allah lainnya, karena malaikat sangat
suka dengan apa yang diperbuat oleh para penuntut ilmu, hingga para malaikat
meletakkan sayapnya untuk para penuntut ilmu.
Allah juga mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat, bahkan Rasulullah SAW mengatakan perbedaan yang sangat jauh
antara seorang Alim dengan Abid (beribadah tanpa ilmu) seperti bulan dengan
bintang gemintang, bulan sinarnya penuh dan menerangi bumi, bintang banyak dan
bersinar tapi tidak bisa menerangi alam.
Kondisi umat Islam hari ini sungguh sangat memprihatinkan, yang
disebabkan oleh banyak faktor, anatar lain umat sangat jauh dari bimbingan
agama, kebobrokan moral, pergaulan bebas dikalangan remaja, kejahatan seksual,
merajalelanya minum keras dengan segala jenisnya, hubungan antar sesama yang
semakin kritis, yang kerap berujung anarkhis, perbuatan maksiat yang dilakukan secara
terang-terangan, dan semua ini timbul karena serangan musuh Islam dari luar,
globaliasi dunia juga ikut andil besar dalam perubahan sikap dan prilaku umat
Islam, sementara itu dari dalam umat Islam sendiri pertahanannya sangat lemah,
lemah pemahaman agama, lemah dalam pengamalannya, sehingga mudah dipengaruhi
oleh faham dan prilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Memang sudah menjadi sunnatullah bahwa pertarungan antara haq dan
bathil akan terus terjadi hingga hari kiamat, namun Allah SWT juga telah
berjanji bahwa al-Haq akan menjadi pemenangnya, dari sisi ini dibutuhkan Anshorullah
(para pendukung agama Allah) di mana saja mereka berada untuk memenangkan
pertarungan dengan kebathilan yang tidak pernah tidur siang malam bekerja
membuat program dan kegiatan, yang tujuannya hanya satu mengalahkan kebenaran,
saat ini kondisi umat Islam di seluruh dunia sangat menyedihkan, menjadi
santapan empuk negara-negara kuat seperti Amerika, eropa dan barat, pembantaian
sadis masih terjadi di Gaza Palestina, Suriah, Afrika Tengah, India, Kasymir,
Myanmar dan banyak lagi, dan untuk diketahui pendukung kebatilan itu juga ada
di internal umat Islam, yang berbaju Islam tapi kepalanya berisi faham syi’ah,
liberal, nifaq (kemunafikan), skulerisme, dan semua ini adalah satu yaitu ingin
Islam hilang dari muka bumi.
Karena itu usaha keras untuk membentuk generasi penerus berkarakter
Islam adalah kebutuhan setiap zaman, agar tongkat kepemimpinan di dunia ini
dikendalikan oleh orang-orang yang berkualitas dan berkarakter, utamanya mereka
yang memilki ilmu agama yang matang dan berakhlaqul karimah, untuk menghindari
pemimpin yang memimpin dengan kebodohannya, dan membawa manusia pada kesesatan.
Kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan pembelajaran adalah merupakan
hak asasi yang mesti didapat setiap orang, dan merupakan kewajiban semua orang
termasuk negara yang menjadi pemegang amanat pembangunan, karena itu pemerintah
mencanangkan dalam undang-undang pendidikan 20 % dana untuk pendidikan dari
keseluruhan APBN dan APBD.
Di Desa Ranggagata pernah muncul seorang ulama muda tamatan Pondok
Pesantren Selaparang Kediri Lombok Barat, ulama muda itu berana Ridha, yang
kemudian dikenal dengan nama H Adnan setelah menunaikan ibadah haji pada tahun
1978, ulama muda ini mendapatkan mandat dari sang guru yaitu TGH Abdul Hafidz
di Kediri untuk mengajarkan masyarakat ilmu agama yang telah dipelajarinya di
Kediri, perintah itupun dilaksanakannya dengan membentuk pengajian Al-qur’an
dan kitab-kitab kecil terkait ibadah, muamalah dan tahuid, dengan menggunakan
sistem setengah pondok, dimana para santri hanya datang malam hari dan menginap
untuk mengaji Qur’an dan masalah-masalah agama, jika para murid telah
dinyatakan fasih dalam membaca Qur’an, maka diadakan khataman Qur’an yang
diacarakan secara meriah, dengan mengundang TGH Abdul Hafidz sebagai penilai
terhadap bacaan para murid, setelah itu para murid diberikan pangajian
kitab-kitab kecil tadi, untuk diberikan pemahaman tentang agama, proses itu
berjalan cukup lama hingga kemudian sang guru dipanggil Allah SWT pada tahun
1988, tentu meninggalkan kenangan baik di tengah masyarakat dan juga para
alumninya, para putera puterinya yang telah diberikannya pendidikan yang
memadai sehingga merekapun bisa meneruskan jejak sang ayah, diantara
putera-puteri beliau yang dapat mewarisi keilmuannya adalah TGH Patompo Adnan
Lc, MH dan Ustadz Taufiqurrahman S.Pd.I
Dengan semua konsideran dan semangat diatas, menunaikan perintah
agama dalam menuntut ilmu dan memudahkan jalan menuju ke surga juga meneruskan
estapet dakwah dan mengalirkan mata air ilmu dari sang ayah serta desakan kuat
masyarakat Ranggagata, maka TGH Patompo Adnan dan dibantu oleh adiknya Ustadz
Taufiqurrahman, keluarga dan masyarakat Desa Ranggagata menetapkan untuk
mendirikan pondok pesantren dengan terlebih dahulu mendirikan yayasan yang akan
menaungi Pondok Pesantren tersebut, dan yayasan tersebut diberi nama Yayasan
Ainur Ridha, dan Pondok Pesantren diberi Nama Nurul Ilmi oleh TGH Patompo
Adnan. Untuk memulai kegiatan belajar mengajar, Yayasan membentuk sekolah
diniyah ula (Pertama) yang belajar satu kali dalam sepekan, dengan
mengajarkan hafalan Qur’an, Bahasa Arab, Akhlaq dan hukum-hukum agama, yang
dimulai pada tanggal 10 September 2011.
Keberadaan diniyah ini sangat diminati masyarakat demikian juga
anak-anak merasa senang dengan adanya diniyah sekali dalam sepekan ini, dan ini
menjadi cikal bakal bagi tingkat selanjutnya yaitu sekolah Tsanawiyah.
15 April 2012 pengurus menggelar musyawarah bersama tokoh masyarakat
Desa Ranggagata, musyawarah ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana keinginan
keras masyarakat untuk memondokkan putera-puterinya di Pondok Pesantren Nurul
Ilmi, karena salah satu alasan mengapa pondok pesantren ini didirikan adalah,
masyarakat Ranggagata menginginkan pondok pesantren yang di dalamnya ada
pengajian kitab, tidak hanya menyelenggarakan pendidikan formal seperti Tsanwaiyah
dan Aliyah saja. Setelah adanya perdebatan yang cukup panjang, akhirnya
diperoleh kata sepakat untuk tetap mendirikan Pondok Pesantren dan juga
madrasah Tsanwiyah, demi melihat kepada maksud dan tujuannya yang mulia.
Untuk pendidikan formal yang pertama didirikan adalah Madrasah
Tsanawiyah, pembangunan kelasnya dimulai pada tanggal 6 Mei 2012, peletakan
batu pertamanya yang dihadiri oleh kepala kementrian agama Lombok Tengah bapak
Nasri Anggara, juga dihadiri oleh H Husni Karo Kesra NTB, dari kalangan tuan
guru dihadiri oleh TGH L Mahsun Abdul Hafdiz Sulaiman, TGH Muharrar Mahfudz dan
TGH L Pattimura Farhan Muchsin, sementara
belajar perdananya diresmikan oleh Wakil Bupati Lombok Tengah yaitu
Bapak H L Normal Suzana tepatnya pada tanggal 2012.